Ruang Sastra
Karya Komiruddin Imron
Karya Komiruddin Imron
Suaralampung.com.
Senja di selat sunda, mengingatkanku akan saat kembali.
Bahwa pagi akan berganti, siang akan meninggi dan senja akan tiba dan berlalu pergi.
Betapapun sejuknya pagi, panasnya siang hari, kala senja tiba semuanya diakhiri.
Tak ada yang abadi. Semua akan sirna bak mimpi.
Harta, tahta, rupa dan martabat diri hanya akan menjadi kenangan pada saatnya nanti.
Di manakah kaum Aad yang mendiami suatu wadi? Yang mencipta peradaban belum pernah ada di muka bumi,
Atau kaum Tsamud yang memahat gunung untuk tempat menghuni,
Dimanakah Firaun dan bala tentaranya yang semua balita pada masanya dihabisi
Dimanakah Raja Raja dan kerajaan persia yang berjaya, juga Raja Raja dan kerajaan romawi?
Atau dimanakah mereka yang pernah berkuasa dari bani abbas dan sebelumnya bani umawi?
Atau di manakah Raja Raja yang berkuasa ratusan tahun di Andalusia dari bani Usmani?
Dimana Jamal Abdul nashir penguasa Mesir, Anwar sadat dan husni?
di manakah mereka yang pernah bertahta di bumi pertiwi dari Soekarno, Soeharto dan Habibi?
Dari Gusdur, Sby dan sebelumnya Megawati?
Jangan kau risaukan apa yang terjadi di zaman Jokowi?
Dari menumpuknya hutang luar negeri sampai tergadainya aset aset milik negeri.
Dari eksodusnya jutaan si mata sipit sebagai pekerja dan banyaknya pengangguran di negeri sendiri
Dari mahalnya harga daging sapi saat hari ied sampai carut marutnya tol cipali
Jangan kau sedihkan apa yang diperbuat Assisi terhadap rakyat Mesir dan presiden terguling Mursi.
Puluhan ribu nyawa melayang dibantai tanpa dosa dan arti, dan ribuan lainnya dipenjara tanpa pernah diadili
Semua itu akan berakhir kala suratan takdir menyambangi
Tak ada yang dapat menolak ketentuan Ilahi
Agama ini milik Allah, tetap akan tegak berdiri
Cahayanya akan menyinari sampai keseluruh penjuru bumi.
Dengan kita atau selain kita, atau walau tertidur ashabul kahfi.
Begitulah dunia, semuanya dipergilirkan, satu datang dan yang lainnya pergi.
Menjadi cerita bagi mereka yang datang setelah ini.
Tak ada yang abadi, sebab itu harus mawasdiri, harus berhati hati.
Gunakan kesempatan selagi dini, untuk berkarya mempersiapkan bekal kelak di tempat sepi
Selat Sunda, 16/7/2016