Sastra : Semua Depergilirkan

Iklan

Sastra : Semua Depergilirkan

Redaksi
Senin, Juli 18, 2016 | 05:51 WIB 0 Views Last Updated 2016-07-20T13:50:17Z
Ruang Sastra
Karya  Komiruddin Imron
Suaralampung.com.

Senja di selat sunda, mengingatkanku akan saat kembali.
Bahwa pagi akan berganti, siang akan meninggi dan senja akan tiba dan berlalu pergi.
Betapapun sejuknya  pagi, panasnya siang hari, kala senja tiba semuanya diakhiri.
Tak ada yang abadi. Semua akan sirna bak mimpi.
Harta, tahta, rupa dan martabat diri hanya akan menjadi kenangan pada saatnya nanti.
Di manakah kaum Aad yang mendiami suatu wadi? Yang mencipta peradaban belum pernah ada di muka bumi,
Atau kaum Tsamud yang  memahat gunung untuk tempat menghuni,
Dimanakah Firaun dan bala tentaranya yang semua balita pada masanya dihabisi
Dimanakah Raja Raja dan kerajaan persia yang berjaya, juga Raja Raja dan kerajaan romawi?
Atau dimanakah mereka yang pernah berkuasa dari bani abbas dan sebelumnya bani umawi?
Atau di manakah Raja Raja yang berkuasa ratusan tahun di Andalusia dari bani Usmani?
Dimana Jamal  Abdul nashir penguasa Mesir,  Anwar sadat dan husni?
di manakah mereka yang pernah bertahta di bumi pertiwi dari  Soekarno, Soeharto dan Habibi?
Dari  Gusdur, Sby dan sebelumnya Megawati?
Jangan kau risaukan apa yang terjadi di zaman Jokowi?
Dari menumpuknya hutang luar negeri sampai tergadainya aset aset milik negeri.
Dari eksodusnya jutaan si mata sipit sebagai pekerja  dan banyaknya pengangguran di negeri sendiri 
Dari mahalnya harga daging sapi saat hari ied sampai carut marutnya tol cipali
Jangan kau sedihkan apa yang diperbuat  Assisi terhadap rakyat Mesir dan presiden terguling Mursi.
Puluhan ribu nyawa melayang dibantai tanpa dosa dan arti, dan ribuan lainnya dipenjara tanpa pernah diadili
Semua itu akan berakhir kala suratan takdir menyambangi
Tak ada yang dapat menolak ketentuan Ilahi
Agama ini milik Allah, tetap akan tegak berdiri
Cahayanya akan menyinari sampai keseluruh penjuru bumi.
Dengan kita atau selain kita, atau walau tertidur ashabul kahfi.
Begitulah dunia, semuanya dipergilirkan, satu datang dan yang lainnya pergi.
Menjadi cerita bagi mereka yang datang setelah ini.
Tak ada yang abadi, sebab itu harus mawasdiri, harus berhati hati.
Gunakan kesempatan selagi dini, untuk berkarya mempersiapkan bekal kelak di tempat sepi
Selat Sunda, 16/7/2016
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sastra : Semua Depergilirkan

Trending Now

Iklan

iklan