Himpunan Mahasiswa Islam Aset Indonesia

Iklan

Himpunan Mahasiswa Islam Aset Indonesia

Redaksi
Rabu, Agustus 24, 2016 | 13:39 WIB 0 Views Last Updated 2016-08-24T10:27:22Z

Kontributor Suaralampung.Com :
Rifqi Masyhuri Dinata

Sejarah HMI.

Dua tahun pasca kemerdekaan Indonesia lahir suatu organisasi mahasiswa yang berlandaskan islam tepatnya pada tanggal 14 Rabuiul Awal 1966 hijriah atau 5 Februari 1947 masehi, dengan semangat yang dibawa oleh salah satu mahasiswa yang bernama Lafran Pane serta didukung oleh beberapa rekannya maka didirikanlah organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Berdirinya HMI bukan serta merta tidak memiliki alasan tentunya, Himpunan kaum intelektualis ini dilatarbelakangi oleh banyak alasan, termasuk kemunduran berfikir para pemuda dimasa itu dan yang paling fundamental yang menyebabkan HMI berdiri ialah masuknya paham komunis dan sekuler yang semakin menguat.

Hal itu membuat ketidakseimbangan paham (ideologi) Islam, juga didukung oleh umat islam yang terus menerus berhyporia dengan sejarah kejayaannya, melatar belakanggi lahirnya HMI.

Tujuan HMI.

Tujuan HMI berdiri pada awalnya ialah untuk Mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama islam. Banyak faktor pendukung  berdirinya HMI salah satunya ialah kota Yogyakarta yang merupakan pusat pemerintahan NKRI sekaligus pusat perjuangan dan gerakan Islam, pusat kebudayaan karna terletak di Cental of Jafa dan kebutuhan penghayatan keagamaan dikalangan mahasiswa guna menjaga keseimbangan paham yang ada.

Berangkat dari tujuan yang mulia tersebut, HMI terus berproses menjadi organisasi mahasiswa yang besar ditengah persaingan yang sengit dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan lainnya. Gencarnya organisasi lain merekrut kader-kadernya tidak menghalangi HmI terus berkembang dan membuka cabang-cabang baru diberbagai daerah dinusantara.

Fase-fase Proses  perjuangan HMI

1. Fase Konsolidasi,

Fase ini menggambarkan sejarah berdirinya HmI dengan beberapa orang yang menjadi tokoh pendiri  HmI diantaranya ialah. Kartono Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal, Suwali, Mansyur dan beberapa orang lainnya dengan menggunakan jam mata kuliah tafsir kemudian mereka bersepakat untuk mendirikan suatu organisasi yang bernama HmI.

2. Fase Pengokohan.

Selama kurang lebih 9 bulan barbagai reaksi tentang HmI tak henti didengar, reaksi yang datang silih berganti itu terjawab karna semakin eksisnya HmI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh hingga hari ini.

3. Fase Perjuangan Bersenjata.

Sejalan dengan komitmen awal mendirikan HmI maka menjadi konsekuensi logis ikut serta ke-gelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh belanda, Sekutu dimasa ini HMI juga ambil bagian dalan banyak konfrontasi dan pertempuran bersejarah. 

4. Fase Tantangan.

Dendam PKI kepada HmI merupakan sebuah tantangan saat itu, ini semua terlihat jelas dengan upaya PKI, semangatnya ingin membubarkan HmI. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari aksi fitnah, fropaganda serta penculikan dilakukan. Sampai pada puncaknya aksi G30SPKI yang menjadi salah satu penyebab  bubarnya PKI.

5. Fase Kebangkitan.

Fase bangkitnya HmI setelah perjuangan mendukung negara dengan melawan segala pemberontakan, kembali dimulai dengan semakin gigihnya para anggota HMI melakukan kaderisasi dan peningkatan kwalitas.

Pola perkaderan yang ada di HmI memang dibuat sedemikianrupa amat baik, maka tidak heran jika banyak kader-kader HmI yang berkontribusi terhadap bangsa disegala lini baik dibidang politik, hukum, entrepreneur, birokrasi, ekonomi dll ditingkat  kabupaten/kota sampai ke pusat.

Pada masa kejayaan HmI hampir seluruh mahasiswa merasa rugi ketika tidak bergabung dan berkecimpung dalam setiap agenda kegiatan yang dibuat, hal itulah yang menjadi salah satu faktor pendukung tumbuh kembang nya HmI dikalangan mahasiswa. Oleh karenanya suatu hal yang wajar jika ada pihak-pihak  beranggapan bahwa HmI adalah salah satu aset penting bangsa indonesia.

Setiap kader HmI seyogyanya mampu menjaga dan merawat aset yang ditinggalkan oleh sosok Lafran Pane yang telah menggurita dibumi indonesia. Langkah konkret tentunya dapat ditelurkan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang tujuan organisasi, mempertahankan kultur intelektual dan budaya yang agamis sebagai identitas HmI.

HMI Hari Ini

Melihat potret hari ini, realitas yang terjadi di tubuh HmI sangat memprihatinkan. Diakui atau tidak, adanya demikian. Berbagai  upaya untuk menjabarkan kondisi HmI secara objektif tidak hanya cukup bak lautan sebagai kertas yang dituliskan oleh ranting-ranting pohon untuk menggambarkan betapa bobrok nya organisasi yang cukup tua ini.

Sebenarnya sudah rahisia bersama akan hal tersebut yang tak banyak menjalankan peranan udengan menegakkan kebenaran dalam menjalankan roda organisasi.

HMI Menurut Saya

Saya adalah salah satu diantara banyak kader yang belakangan ini merasa terjebak dalam suatu sistem yang menurut saya tidak sesuai dengan ruhnya organisasi. Bagaimana tidak, tepat pada tahun 2013 saya resmi menjadi kader HmI, ketika itu saya belum paham betul bagaimana sistem yang ada didalamnya, niatan untuk berubah kearah yang lebih baik dari sebelumnya membuat saya memutuskan pada saat mengenyam pendidikan dibangku kuliah 'Harus Ikut Organisas' apapun itu.

Namun kejanggalan-kejanggalan mulai terasa ketika dihadapkan dengan proses konfercab (konfrensi cabang) yang tidak layak ditonton oleh kader yang baru saja selesai basic training, kemudian saya juga dihadapkan oleh prosesi RAK (Rapat Anggota Komisariat) yang sangat bernuansa politis.

Puncaknya  yang paling membuat saya sedih ketika kongres HmI yang diselenggarakan di Pekanbaru (Riau), tepat pada 2015. Saya dan beberapa kader HmI cabang Bandar Lampung ikut meramaikan kongres HmI dengan mengorbankan matakuliah yang banyak kami tinggalkan, berharap mendapatkan sesuatu yang bernilai namun ternyata harapan kami sirna setelah melihat langgsung kejadian-kejadian yang sangat tidak pantas, kader HmI mengeyampingkan esensi daripada kongres, mereka hanya memikirkan bagaimana kadinat yang diusung sebagai ketua umum PB HmI dapat berhasil dengan berbagai macam konvensasi yang diberikan kepada mereka.

Rekan-rekan ku semuanya yang dimuliakan Allah SWT.. sampai kapankah kita hanya duduk manis melihat segala keterpurukan ini?....
Masa depan HmI tergantung pada kader-kadernya. HmI hanyalah sebuah wadah yang digerakkan oleh segenap missionaris didalamnya, maka dari itu saya mengajak seluruh kader untuk dapat membangun HmI lebih baik lagi kedepan dalam berbagai aspek.

Mulai dari proses masuknya kader-kader baru dengan cara yang lebih selektif dan menggunakan mekanisme yang benar, hal itu perlu dilakukan demi mendapatkan bibit-bibit unggul yang berkuallitas karna belakangan ini saya melihat HmI hanya mengedepankan kuantitas yang berimplikasi buruk terhadap jalannya roda organisasi, kemudian cara lain yang tidak kalah penting setelah itu dilakukan adalah proses pembinaan yang intensif (terus-menerus) terhadap kader guna mengetahui potensi dari masing-masing kader.

Ketika kita semua bersungguh-sungguh untuk membangun HmI lebih baik kepedan maka suatu keniscayaan akan kita dapatkan, bukan berlibihan jika saya katakan HmI sebagai tolak ukur baik atau buruknya peradaban suatu bangsa. Yaaa... semua tergantung kita. Allahualam (*).

(Published on 24/8/16).

Oleh :

Rifqi Masyhuri Dinata.
Ketua Umum HmI Cabang Bandar Lampung.
Komisariat Hukum Universitas Bandar Lampung.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Himpunan Mahasiswa Islam Aset Indonesia

Trending Now

Iklan

iklan