Suaralampung.com-Tanggamus-Kita tahu sebagian manusia dimuka bumi ini pengemar minum kopi, selain teh, demikian pula di Kabupaten Tanggamus Lampung, yang berjulukan Bumi Begawi Jejama ini, Saat ini para petani kopi yang tersebar dipelosok-pelosok area perkebunan kopi, sehingga mudah dijumpai di kabupaten ini kebun-kebun kopi, yang sedang memasuki masa-masa musim kopi. Namun pada kenyataannya kenapa harganya murah tidak sebanding dengan harga-harga kebutuhan pokok, yang seakan-akan terus-menerus naik harganya sekarang, saat ini harga kopi Rp 19.000/kg, sedangkan harga beras saja misalnya,saat ini mencapai Rp 11.000/kg. Belum lagi kebutuhan lainya. Gimana gak tambah pusing harga ladapun anjlok jauh dari harga semula Rp 150.000/kg, sekarang Tahun 2019 harganya cuman Rp 25000/kg, padahal lada menjadi andalan penopang ekonomi, untuk biaya anak-anak masuk b?sekolah. Sekarang walaupun mereka tak salin pakaian, sepatu baru, diajaran baru, ya mau bagaimana lagi, karna terbatasnya dana, untung masih bisa sekolah dan makan sehari-hari," sudah cukup walaupun nasi sama ikan asin doang. Wahai para pemegang kebijakan yaitu pemerintah pusat dan daerah bantu kami tolong naikan harga kopi dan lada, tolong sejahtera kan hidup kami sebagai petani kopi," keluh Pk Jarno, salah seorang petani kopi di Tanggamus,"tuturnya"Selasa (9/7/19)
Menurut Pk Jarwo, padahal kopi ini perlu modal perawatan, belum lagi saat musim (panen kopi-red) begini, kita butuh tenaga 4-5 orang sebagai tukang petiknya, juga ongkos ojeknya, dari kebun ke rumah, setelah dirumah masih perlu dijemur, sudah kering baru dibawa ke pabrik penggilingan, setelah itu baru dibawa kepasar untuk dijual, ngangkut kepasar ongkos lagi to. Jadi kesimpulannya semau butuh biaya dan tenaga. Jadi inikan termasuk pengolahan kopi ini kerja padat karya, didesa atau umbulan, sebab melibatkan banyak orang, dan mengeluarkan biaya prosesnya, itukan yang diinginkan pemirintah mengatasi pengganguran, walaupun setahun sekali, "Yo bok Yao to harga kopinya naik gitu lo,"harapnya.
Selanjutnya untuk memastikan pasaran dan acuan harga kopi di Tanggamus.Pasaran kopi di tingkat pengepul di Gudang kopi Ringgit di Pasar kota kecamatan Talang Padang, kabupaten Tanggamus Lampung, Ringgit mengatakan untuk harga kopi asalan sekarang ini Rp 19.000/kg, yang bagus saya gak tau harganya, pada umumnya disini begitulah kwalitas kopinya, dari dulu yang kita beli asalan aja, kopi digudang dari Rintis kecamatan Pugung, Air naningangan,Ulu Belu, untuk saat ini kebanyakan dari kecamatan Ulu Belu Tanggamus sebab baru awal musim, kemudian harga lada Rp 29.000/kg. Kakau Rp 20.000/kg, cenkeh Rp 80.000/kg tapi langka barangnya,"jelasnya.
Kemudian saat ditanyakan mengenai penyebabnya murah semua harganya, saat ini khususnya kopi persoalannya dimana," saya kurang tahu, kopi kita bawa ke Teluk Betung,Bandar Lampung langsung ke eksportir, saat disinggung peranan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (Aeki) dia mengatakan tidak tahu," jadi begini saya sebagai pembeli hanya bisa pasrah, dengan harga kopi segitu ketentuan pasarnya, juga kami sebagai pembeli gak mau murah kasian petani,"tukasnya.
Lantas setelah itu, lalu secara kebetulan di tempat berbeda masih di kota kecamatan Talang Padang bertemulah para penjual kopi dari Ulu Belu, merekapun keluhkan realitas harga kopi murah saat ini, hampir mirip pendapat nya Pk Jarno, Yaa.. kami merasa,"selama kurang lebih 20 tahun harga kopi tidak pernah naik, pada jaman pemerintahan Bj Habibie bersamaan saat krisis moneter 1997-1998 harga kopi melonjak Rp.16.000/Kg, maka pada masa itu semua petani kopi di Lampung marasakan kemakmuran dan kesejahteraannya. Betul-betul minikmati hasil kerja keras mereka disaat itu, dan lada hitam sebagai tanaman sela (tumpang sari) yang melanjar di pohon pelindung kopi, harganya,Rp 40.000/Kg. Sehingga para petani pekebun kopi merasakan nikmatnya kehidupan fana ini, mereka bisa membeli apa yang dibutuhkan dan diinginkan, membangun rumah, membeli kendaraan, dan meneruskan pendidikan anaknya ke perguruan tinggi, dan siaanya masih dapat membayar ONH. Sebab pada masa itu uang Rp.16.000 dan Rp.40.000, masih sangat berharga, harga beras seingat saya pada saat itu Rp.4.300-Rp.5000, artnya 1 kg kopi dapat beras 3 Kg masih sisa Rp1.000 dapat gula 1/4 kg, sisa 200 masih dapat mie instan,kenangnya
Namun setelah ganti pemerintahan anjlok harga kopi Rp 3.000/Kg, demikian pula lada Rp 16.000. minta ampun pada saat itu, semua harga kebutuhan naik, istilahnya dulu Sembako (Sembilan Kebutuhan Pokok) harga beras Rp.6.000/Kg jika dikruskan 2 kg kopi dapat 1 kg beras, sehingga seingat saya para petani kopi merasakan kesengsaraan yang teramat sangat, mirisnya lagi para petani kopi pada saat itu diduga tidak mendapatkan perhatian pemerintah daerah maupun pusat, apalagi memberikan bantuan, diduga peristiwa itu, saat inipun terjadi mana bantuan mereka, mana perhatian mereka untuk para petani kopi,karet, sawit, semuanya murah sekali sekarang,"lanjutnya.
Masih menurut mereka,.Kemudian ditengah-tengah hidup memprihatinkan dan keperihan itu, seiring waktu dan silih bergantinya Presiden RI, singkatnya ,pada era SBY-Jk harga komoditi kopi lada,kakau merangkak naik, kopi Rp,21.000- Rp 23.700/Kg, lada Rp 80.000/kg bahkan mencapai Rp 250.000/kg, kakau Rp 35.000/Kg, getah karet Rp 12.000/kg, sekitar pada Tahun 2008-2015. Tapi dari tahun tersebut sampai sekarang ini tahun 2019 semua harga komoditi tersebut anjlok dan terpuruk seperti nasib petaninya".(Azhi)