Suaralampung.com, Bandarlampung-
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung menyatakan sektor pariwisata menyumbang sekitar 7 persen pendapatan perekonomi provinsi. Bagi Lampung, angka tersebut sudah bagus dan angka tujuh persen ini cukup besar bagi wilayah Lampung, jika dibandingkan dengan Provinsi Bali yang mencapai sekitar 25 persen. Tentu, ini sangat jauh, tapi untuk ukuran kita 7 persen adalah angka yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan, dalam webminar Lampung Economic Update tema "Mendorong Pemulihan Pariwisata Lampung" pada Kamis (25/3/2021).
Budi menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pariwisata Provinsi Lampung disokong empat sektor empat sektor ekonomi kreatif yaitu, lima persen dari tranparansi dan pergudangan dan dua persen sisanya dari penyediaan akomodasi serta makanan minuman. "Sehingga ke depan Provinsi Lampung harus melihat peluang melalui program bangga berwisata. Terlebih, di masa new normal, pemerintah harus senantiasa menggenjot pengembangan destinasi pariwisata, agar tetap terus dilanjutkan untuk mendukung pariwisata di Lampung dan mendukung pengembangan digitalisasi pariwisata," katanya.
"Jangan lupa, harus ada program vaksinasi massal gratis dan pengembangan UMKM Desa Wisata. Tapi kalau kita bicara peluang, pasti ada tantangan, sehingga kita juga harus memastikan penyelenggaraan even besar pariwisata dan belum pulihnya pariwisata berpotensi meningkatkan kerentanan rumah tangga dan korporasi," imbuh Budiharto. BI Lampung turut membagikan kunci strategi, upaya pemulihan pariwisata di Provinsi Lampung. Budiharto mengatakan, berdasarkan situasi dan kondisi di tengah pandemik COVID-19, maka hal utama perlu diperhatikan yaitu, masalah penangan COVID-19 di Lampung.
Lanjutnya, pemerintah daerah perlu memberikan alokasi prioritas vaksinasi COVID-19 terhadap pelaku usaha ekonomi kreatif, khususnya bagi pegiat pariwisata. Selain itu, memperketat protokol kesehatan (Prokes) dan sosialisasi terhadap kesadaran masyarakat akan masalah prokes COVID-19. "Turunan jangka pendeknya pemerintah perlu mendorong penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability), memadukan gerakan bangga wisata Indonesia dengan bangga buatan Indonesia. Hal ini bisa dimulai dari penguatan digitalisasi SP Non tunai di destinasi wisata dan peran UMKM pendukung pariwisata, Terakhir membuat paket wisata," kata Budiharto.
Sementara untuk jangka panjang, hal itu bisa ditempuh dengan mempercepat pengembangan 3A-2P yaitu Atraksi, Amenitas, Akses, People, dan Promotion. "Bisa juga lewat memperluas dan inovasi Trevel Corridor Arangement," ucap pria yang telah menjabat Kepala Perwakilan KPw Provinsi Lampung sejak 2018 ini. Hal yang sama diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, Edarwan. Ia menyebut pemulihan ekonomi di sektor pariwisata akibat pandemik COVID-19, merupakan program pesar pemerintah Provinsi Lampung di 2021.
Oleh karena itu, ia mengaku bersyukur atas terselenggaranya acara webminar ini. Pasalnya, hampir seluruh stakeholder terkait pariwisata kreatif Lampung bisa berkumpul dalam momen ini. "Pariwisata ini harus kita dikerjakan secara bersama-sama, tentu dengan seluruh instansi terkait. Sehingga hal ini bisa kita tidak lanjuti kedepannya," ujarnya. Berdasarkan hipotesis para pengamat, Edarwan mengatakan, sektor pariwisata menjadi yang pertama dan terakhir bangkit, akan dampak dari pandemik COVID-19. Namun, ia dan jajarannya percaya serta meyakinkan, hal itu masih bisa berbalik lebih awal.
Oleh karenanya, situasi ini menjadi tantangan pihaknya dan stakeholder terkait untuk mengupayakan pariwisata keluar dari situasi pelik di tengah pandemik. "Memang Ini tidak mudah, tapi harus tetap kita lakukan. Maka pemulihan ekonomi secara umum, menjadi program besar pemerintah di tahun 2021, dengan 3A," tukas Edarwan. Edarwan juga meyakini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di bawah kepemimpinan Sandiaga Uno, mampu membangkitkan semangat pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata pasca pandemik COVID-19. (Tik)