Suaralampung.com, Sukadana — Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Sukadana kembali menggelar kegiatan pembinaan kerohanian bagi warga binaan sebagai bagian dari upaya pembinaan kepribadian dan peningkatan keimanan. Kegiatan berlangsung di Masjid Miftahut Taubah Rutan Sukadana dan diikuti dengan penuh antusias oleh para warga binaan, Kamis (16/10).
Kegiatan pembinaan dipimpin langsung oleh Pembina Kerohanian Rutan Sukadana, Kusnandar, serta menggandeng para penyuluh agama dari Kementerian Agama Kabupaten Lampung Timur yang dipimpin oleh Ustadz Ali Imron. Melalui sinergi ini, kegiatan diharapkan mampu memberikan pencerahan spiritual dan memperkuat nilai-nilai religius di kalangan warga binaan.
Dalam kegiatan ini, Ustadz Ali Imron menyampaikan ceramah dengan tema tadabbur Surah Al-Kautsar yang mengandung makna penting tentang keikhlasan dalam beribadah dan rasa syukur atas nikmat Allah SWT. Ceramah disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan menyentuh, sehingga mudah dipahami oleh seluruh peserta. Selain itu, kegiatan juga diisi dengan belajar mengaji bersama, di mana para warga binaan diajak memperbaiki bacaan Al-Qur’an serta memahami maknanya.
Kepala Rutan Sukadana, Farizal Antony menyampaikan bahwa pembinaan keagamaan merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembinaan di Rutan Sukadana. “Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin membentuk pribadi warga binaan yang lebih baik, beriman, dan siap kembali ke masyarakat dengan akhlak yang lebih mulia,” ujar Karutan Sukadana.
Sementara itu, Ustadz Ali Imron dari Kemenag Lampung Timur mengapresiasi langkah Rutan Sukadana yang secara konsisten memberikan ruang bagi warga binaan untuk perdalam ilmu agama. “Kami sangat mendukung program pembinaan seperti ini. Meski berada di dalam rutan, warga binaan tetap memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah,” ujarnya.
Kegiatan pembinaan kerohanian ini merupakan bagian dari program rutin Rutan Kelas IIB Sukadana dalam rangka mewujudkan pembinaan yang komprehensif, berkelanjutan, dan berorientasi pada perubahan perilaku positif. Melalui pendekatan spiritual, diharapkan para warga binaan dapat menjalani masa pidana dengan lebih tenang, menyesali kesalahan, dan siap bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik ketika kembali ke tengah masyarakat.