Anggaran subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) menguras anggaran hingga Rp 714 triliun, besaran anggaran ini lebih besar dari agaran yang dialokasikan untuk pembangunan insfrastruktur yang hanya Rp 574 triliun atau angaran untuk kesehatan dengan besaran Rp 220 triliun.
Bahkan Presiden Joko Widodo menebut borosnya pemakayan BBM mengakibatkan terjadinya pemborosan pada anggaran negara, hal tersebut disampaikan dalam acara kompas 100 CEO forum 2014, dengan tema visi Presiden membangun Indonesia hebat Di jakarta beberapa waktu lalu.
" Saya infokan kepada Bapak dan ibu semua, saya hanya ingin memberikan sebuah gambaran. Dalam lima tahun yang lalu kita selalu terjebak pada pemborosan lewat subsidi BBM," ujar Jokowi.
" Boros egak kita? Sangat boros. Tiap hari kita bakar dan kita egak sadar bahwa kita adalah boros," tambahnya. Padahal sektor pembangunan infrastruktur dan kesehatan adalah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat.
Menaikan harga BBM pada akhir 2014 lanjut Jokowi, bertujuan mengalihkan subsidi kesektur pembangunan, pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian beban ekonomi masyarakat yang timbut dari kenaikan harga BBM dapat ditekan dengan meringankan beban mereka disektor lain.
"Oleh sebab itu keborosan semacam inilah yang harus kita hentikan, APBN harus menuju pada tujuan produktif, bukan pada hal yang konsumtif," diungkapkan alumnus Universitas Gajahmada ini.
Hal tersebut telah dilakukan oleh Jokowi dengan meluncurkan Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat, hal inoi adalah upaya langsung untuk mengurangi dampak dari kenaikan harga BBM yang dialami masyarakat kelas bawah.
Bahkan diprediksi bahwa pada tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,5% hinga 5,8%, akibat iklim ekonomi dan infestasi yang kondusif. (Triwahyudi)
•suasana sebuah SPBU dimana pengguna BBM selalu mengantri untuk membeli, tanpa disadari telah menguras subsidi negara
Dikirim melalui BlackBerry® dari 3 – Jaringan GSM-Mu
