Suaralampung.Com, Lampung Tengah - Kembali cerita miris tentang kemiskinan mewarnai halaman berita media ini, tentu ini bukan bukti kalau pemerintah tidak melakukan apapun, tetapi yang pasti pihak pemerintah dinilai kurang tanggap atau memang tutup mata dengan kondisi yang terjadi, banyak faktornya mungkin masyarakat disekitarnya tidak lapaor kepada pemerintah, atau pemerintahnya yang lamban dan malas, ketika diberikan laporan namun tidak berbuat, padahal sesuai amanat UUD bahwa orang miskin dan anak terlantar memjadi tanggung jawab Pemerintah Negara, dimana pemerintah daerah menjadi perpanjangan tanggan untuk merealisasikan kewajibannya. Serta mampu memberi solusi untuk setiap permasalahan terursma tentang kemiskinan.
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak (nasib seseorang tak dapat diubah sebelumnya karena sudah menjadi rahasia Allah). peribahasa diatas mungkin tepat untuk menggambarkan nasib yang dialami oleh Romlah (60 tahun) janda beranak satu .yang bertempat tinggal di Kelurahan Komring Agung lingkungan satu RT 003/RW 001 Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Bersama seorang putrinya Meliya Sari (13 tahun) Ibu Romlah menepati rumah ukuran 4x5M yang berdinding gedik dan berlantai tanah, yang kindisinya masih jauh dari rumah layak huni, sungguh memprihatinkan kindisi ibu Romlah yang menggantungkan hidupnya dari hasil mencari rongsokan.
Saat dikunjungi media suaralampung.com dikediamanya Kamis (4/5/17) lalu, Romlah tidak bisa banyak mengungkapkan dan berbuat dengan keadaan hidup yang dirasakan selama ini,
Ia bersama seorang putrinya Meliya Sari yang sekarang sudah duduk di kelas satu sekolah menengah pertama(SMP) harus menelan kepahitan hidup, karena sudah dua tahun ditinggalakan suaminya Amat Rohani yang telah meninggal dunia, sambii berlinang air mata bu Romlah menuturkan kesulitan hidupnya.
"Saya menepati rumah ini dulu bersama suami saya Amat Rohani, tapi umur memisahkan kami dua tahun yang lalu meninggal dunia, karena sakit, sekarang tinggal saya dengan anak, untuk mencukupi kebutuhan sehari hari saya mengandalkan kerja upahan ngoret diladang warga, dari pagi sampe sore dengan bayaran RP 50.000. kalaupun itu ada yang memerlukan tenaga saya, kalau engk ada saya mencari rongsokan, saat kami tanyakan apakah ibu selama ini sudah pernah mendapatakan bantuan dari pemrrintah? Romlah mengiyakan.
" Saya mendapatkan bantuan keluarga PKH sebesar RP150.000 yang ngambilnya dikantor post Gunung Sugih, tapi yang saya terima hanya RP112.000 aja," ungkpanya dengan polos.
Lebih lanjut diungkapkannya. "Namun sudah hampir enam bulan ini dana itu belum keluar, entah kenapa ya pak, saya nunggu-nunggu benar dana trsebut, untuk biaya anak sekolah," ujarnya.
Tambahnya lagi, "Dulu dari aparat kelurahan pernah datang kerumah minta data dan photo rumah, katanya ada program bedah rumah, namun sampai sekarang engk terlaksana. Saya dengar dari omongan tetangga dikarnakan tempat berdirinya gubuk saya ini numpang tanah orang, tidak bisa dapat direhab, saya sedih sekali pak inilah nasib orang miskin, bu Romlah berharap kepada pemerintah bisa memperhatikan nasib orang pinggiran seperti saya," ujarnya.
Ibu Romlah berharap kedepan putri semata wayangnya, bisa sekolah lebih tinggi untuk mengejar harapan dan cita citanya, untuk menjadi seorang dokter, Dilihat dari kondisi rumah ibu Romlah memang memprihatinkan, dari sarana MCK belum ada dan didalam rumah sangat pengab. Sangat jauh dari kata layak untuk di jadukan rumah tinggal (IRUL&INAL)