Pemilu Dulu Dan Kini

Iklan

Pemilu Dulu Dan Kini

Redaksi
Selasa, Agustus 27, 2019 | 06:53 WIB 0 Views Last Updated 2019-08-26T23:53:18Z

Pemilu Dulu Dan Kini

Bila kita membahas tentang kepemiluan tentu sangat menarik bagi banyak orang, karena Pemilu merupakan sebuah gerbang atau sebuah fasilitas bagi masyarakat untuk dapat menentukan siapa wakilnya dan siapa pemimpinnya, Pemilu sendiri dalam perjalanannya mengalami begitu banyak perubahan dari sejak awal kali digelar di Republik Indonesia pada tahun 1955, tepatnya bulan September hingga Pemilu terbaru yang digelar pada tahun 2019, untuk memilih anggota legislatif dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat pusat yang digabungkan dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, dari proses panjang tersebut telah terjadi begitu banyak perubahan.

Jika melihat sejarahnya, tentu kita dapat memotret bagaimana perubahan-perubahan telah terjadi dalam proses pemilu dari awal digelar tahun 1955, kemudian masuk pada era orde baru, berubah lagi pada masa reformasi tahun 1998.

Pemilu sendiri memiliki berbagai bentuk yang berbeda dalam catatan sejarah, pemilu 1955 merupakan Pemilu dengan jumlah partai terbanyak namun juga dianggap sebagai pemilu yang paling jujur dalam sepanjang sejarah Indonesia, bagaimana setiap pemilih berhak menentukan pilihannya tanpa ada ada campur tangan serta tekanan dari siapapun, Pemilu periode pertama adalah pemilu yang paling bebas.

Pemilu pada catatan potret sejarah selanjutnya dapat kita lihat perubahannya, pada pemilu era Orde Baru yang hampir selama 30 tahun dikuasai oleh 1 partai besar yaitu Golongan Karya, pada tahun-tahun ini Pemilu mulai masuk pada tatanan baru dimana faktor kekuasaan sangat besar peranannya dalam menentukan pemilih, bagaimana dengan seluruh komponennya, pemerintah mencoba memaksakan pemilih untuk memilih partai tertentu dan mengekang pemilih dengan pilihan berbeda, kerusuhan Malari kemudian kerusuhan di kantor PDIP Perjuangan adalah contoh bagaimana kaos terjadi antara pemerintah dan masyarakat yang memiliki perbedaan pandangan politik, sehingga tahun tahun ini dianggap sebagai tahun-tahun terburuk dalam sejarah kepemiluan di Republik Indonesia.

Kemudian sejarah juga mencatat bahwa potret pemilu mengalami perubahan dan pergeseran pada era reformasi, yaitu pada tahun 1998 dimana pada era reformasi ini kebebasan menjadi dasar dari pelaksanaan pemilu, perubahan dianggap menjadi nyawa penyelenggaraan pemilu, sehingga pada pemilu tahun tahun tersebut banyaknya partai-partai baru yang bermunculan yang selama 32 tahun, hanya ada tiga partai PDIP Perjuangan PPP dan Golongan Karya, namun pada era reformasi pintu kebebasan berpolitik dibuka seluas-luasnya sehingga partai peserta pemilu menjadi begitu banyak, namun lebih daripada itu pada era ini pula kita masuk pada periode dimana penyelenggara Pemilu mulai dibentuk, KPU dan jajarannya kemudian Bawaslu dan jajarannya walaupun masih belum sempurna, dimana pada tahun-tahun berikutnya keberadaan KPU dan Bawaslu semakin disempurnakan sampai mencapai tingkat ideal pada tahun 2019, dengan keduanya menjadi badan penyelenggara pemilu dan badan pengawas pemilu,

Sementara pada sisi masyarakat kita perbedaan Pemilu juga sangat terasa terjadi, bagaimana di tahun 1955 ketika Pemilu digelar masyarakat tidak mengenal istilah politik uang, masyarakat lebih mengenal dengan politik idealisme politik kebangsaan, namun perubahan nyata terlihat pada era reformasi di mana kebebasan menjadi dasar pemilih, justru para calon-calon merubah cara pandangnya, yang tadi pada awalnya berbasis pada idealisme pemikiran, visi dan misi serta kecerdasan, bergeser menggunakan uang sebagai alat untuk merebut simpati masyarakat.

Di masyarakat pun hal tersebut perubahannya diterima, bagaimana masyarakat menjadi lebih manja dengan adanya politik uang, hingga pada pemilu-pemilu di era baru ini ada beberapa kasus yang terungkap oleh Bawaslu, adanya pembagian uang atau politik uang tentu itu sangat sedikit yang terungkap, dibandingkan yang tidak terungkap, inilah yang membuat pemilu wajahnya menjadi lebih suram pada era 2019, karena tidak lagi adu visi, pemikiran, idealisme, namun lebih kepada sekedar suara yang dibeli.

Akhirnya kita harus menyimpulkan bahwa pemilu di Indonesia secara garis besar dibagi menjadi 3 periode, yaitu periode awal pada tahun 1955, Priode Tengah yaitu pada era orde baru dan periode ketiga adalah periode reformasi pada tahun 1998. 

Lalu pertanyaannya Pemilu Manakah yang lebih baik periode pertama kedua atau ketiga, Tetapi menurut saya bahwa periode yang terbaik adalah periode dimana kebebasan masyarakat dalam memilih tidak diintervensi, sehingga masyarakat betul-betul memilih pemimpinnya berdasarkan hati nuraninya, pemilu terbaik adalah pemilu dengan biaya terendah bagi peserta, sehingga dengan biaya yang rendah maka para calon anggota legislatif kepala daerah yang terpilih menjadi Bupati dan seterusnya tidak akan harus berpikir untuk mengembalikan modal, namun segera langsung bekerja begitu dia memperoleh jabatannya, tanpa berfikir pengembalian modal yang telah dikeluarkan akibat tingginya biaya penyelenggaraan pemilu.

Penulis :  Triwahyudi.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pemilu Dulu Dan Kini

Trending Now

Iklan

iklan