Suaralampung.com, Ruteng— Paurmin Bagian Operasi Polres Manggarai, Bripka Syamsuddin, diusulkan oleh pembaca detikcom sebagai kandidat Hoegeng Awards 2024, karena kepeduliannya terhadap pendidikan dan anak-anak di Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pengusul merupakan pasangan suami-istri bernama Sahrullah dan Marjan. Mereka orang tua dari salah satu murid di Taman Kanak-kanak (TK) Islam gratis yang didirikan Bripda Syamsuddin.
Dilihat detikcom, Senin (29/1/2024), Sahrullah mengisi formulir elektronik di tautan berikut. Dia mengatakan Bripka Syamsuddin merupakan sosok inspiratif baginya. Berikut kalimat usulan Sahrullah dan istrinya di form Hoegeng Awards 2024:
Beliau ada sosok inspiratif bagi bagi polisi yang lainnya, karena beliau rela tidak terima gaji demi membangun dua sekolah gratis untuk anak-anak yatim dan kurang mampu di tempat tugasnya.
detikcom lalu menghubungi Sahrullah via panggilan telepon, yang kemudian dijawab oleh sang istri, Marjan. Perempuan 44 tahun itu menyebut anak mereka merupakan murid TK Deen Assalam, milik Bripda Syamsuddin.
"Kebetulan anak saya masuk di TK-nya beliau, TK Deen Assalam. Gratis. TK-nya ada tiga kelas. Muridnya cukup banyak," ujar Marjan.
Warga Satar Tacik, Kecamatan Langke Rembong, Ruteng Manggarai, ini menceritakan bahwa istri dari Bripka Syamsuddin juga terlibat aktif di TK Deen Assalam sebagai guru.
"Dia banyak kebaikan, contohnya dia kalau ada kegiatan sosial juga dia aktif, istrinya juga. Istrinya merangkap jadi guru juga, tapi sekarang sudah tidak lagi karena sekarang sudah ada ada kepala sekolahnya masing-masing," jelas Marjan.
Marjan mengaku terbantu dengan adanya TK Deen Assalam. "Kami di sini terbantu betul. Jadi warga kurang mampu, anak yatim piatu merasa sangat dibantu," imbuh Marjan.
Selanjutnya detikcom menghubungi Bripka Syamsuddin untuk mengonfirmasi cerita Marjan dan suaminya, Sahrullah. Polisi asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini menceritakan pengalaman hidup yang membuatnya peduli terhadap isu anak dan pendidikan.
"Dalam perjalanan ini, saya ini kan anak petani. Jumlah saudara saya ada delapan. Saya anak ketiga, pas saya SMA kelas 1, Bapak saya meninggal. Jadi saya tahu persis bagaimana susahnya mencari uang untuk sekolah," jelas Syamsuddin.
"Jadi untuk biaya sekolah itu saya banting tulang, jadi buruh. Di bawah saya masih ada 5 orang adik yang butuh sekolah. Saya lihat betul perjuangan mamak saya. Saya dulu berdoa, 'Tuhan jadikan saya orang yang berguna ke depannnya, yang bermanfaat bagi orang lain'," tambah dia.
Dia menuturkan melihat kondisi anak-anak yang tidak atau putus sekolah juga menjadi alasannya memutuskan mendirikan TK di 2019, kemudian SD di 2021 lalu. Dia menceritakan mulanya memberanikan diri mengajukan kredit di bank.
"Awal mula mendirikan, saya sewa tanah orang Rp 2,5 juta per tahun, (luas-red) 11 x 40 meter persegi. Untuk bangunannya, saya ajukan kredit gaji di bank, saya bangunkan 4 ruangan. Kemudian semua fasilitas sekolah ada yang saya pakai dana pribadi, ada yang saya pakaikan bahan bekas, misalnya ayunan dari ban mobil bekas," cerita Bripka Syamsuddin.
Berbekal dana segar yang didapat dari bank usai menggadaikan rumah, dia lalu membeli lahan seharga Rp 200 juta untuk membangun sekolah dasar (SD). Dia merasa adanya SD gratis menjadi penting, agar anak-anak yang lulus dari TK-nya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Agar anak-anak yang tamat di TK bisa melanjutkan sekolah di SD dengan metode yang sama, karena takutnya mereka tidak bisa lanjutkan sekolah. Tahun ajaran baru 2023, (Gedung SD) sudah mulai operasional," ucap Bripka Syamsuddin.
Dia lalu menerangkan upayanya ini mendapat atensi dari Kapolres Manggarai, sehingga dia akhirnya mendapat bantuan material bangunan. Pun warga-warga yang mampu.
"Saat pembangunan pun Pak Kapolres ada bantu seperti memberikan semen, kemudian ada juga masyarakat sekitar yang lumayan ekonominya menyumbangkan pasir, batu bata, besi," jelas Bripka Syamsuddin.
"Kami tidak menerima bantuan dalam bentuk uang, takut fitnah. Jadi dalam bentuk barang seperti bahan bangunan," lanjut dia.
Dalam merintis sekolah gratis ini, Bripda Syamsuddin mengaku didukung penuh sang istri, Rini Mulyasari. Bahkan kata Bripka Syamsuddin, Rini juga turut menjadi guru di TK.
"Yang kami lakukan ini murni saya dan istri yang berinisiatif. Beliau juga ikut mengajar, beliau kan S1 komputer. Kepuasan tersendiri untuk saya dan istri, semisal saya pulang kantor, ke sekolah, saya lihat anak-anak ceria, bersenda gurau," ungkap Syamsuddin.
Kini tercatat ada 68 murid baru di TK Deen Assalam, dengan 5 guru. Serta 20 siswa angkatan pertama SD Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Deen Assalam, dengan 4 guru.
"Jumlah murid pada 2019 berjumlah 62, 2020 meningkat 80, 2021 naik ke 89 orang, 2022 kemarin 92 orang, 2023 68 orang. Pada dasarnya semua murid kami gratiskan. Cuma kadang-kadang orang tua murid prihatin lihat kami. Mereka juga nanya pembiayaannya bagaimana," tutur Bripka Syamsuddin.
"Ada juga yang akhirnya mereka bayar secara sukarela, misalnya yang mamaknya pegawai. Mungkin karena prihatin juga, kami tidak menuntut pembayaran," pungkas Bripka Syamsuddin.
Kick off penjaringan kandidat penerima Hoegeng Awards 2024 dimulai pada Jumat (26/1) lalu melalui pengusulan via formulir digital. Pembaca detikcom bisa mengusulkan nama polisi yang dinilai patut jadi teladan melalui tautan ini.
Setelah proses penjaringan selesai, penerima penghargaan Hoegeng Awards 2024 akan diumumkan di acara penganugerahan pada Juli 2024.
detikcom mengajak Anda pembaca setia dan seluruh masyarakat Indonesia untuk berkontribusi mengawal perbaikan Polri lewat partisipasi di Hoegeng Awards 2024. Usulan polisi teladan dari Anda para pembaca diharapkan menjadi bahan bakar penyemangat personel Polri untuk berbenah diri.