Suaralampung.com, Lampung– Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Unilever Indonesia melalui brand Lifebuoy menggelar program "Pesantren Sehat Lifebuoy” yang melibatkan 1500 santri dan santri putri di Pondok Pesantren Roudlatul Quran Metro, Lampung pada Kamis (7/3). Dalam program yang bertujuan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan pesantren itu diisi dengan kegiatan pelatihan dan edukasi kesehatan guna cetak Duta Santri.
Acara ini turut dihadiri oleh Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Islam (PAPKI), Drs. H. Karwito Muhammad Siswadi, MM., mewakili Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Ketua MUI Kota Metro, KH. Buya Zakaria Ahmad, Direktur Nutrition Unilever Indonesia, Amaryllis Esti Wijono, Ketua Yayasan PP Roudlatul Quran Metro, Lampung, H. Benni Mustofa SH, dan Pengurus PP Roudlatul Quran Lampung.
Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Islam (PAPKI), Drs. H. Karwito Muhammad Siswadi, MM. mengatakan, Program ini mampu menghapuskan image kalau santri itu identik dengan kusam. Pesantren Sehat Lifebuoy merupakan edukasi bahwa santri harus tampil bersih dan sehat, kemudian bisa percaya diri tampil di tengah-tengah masyarakat karena sekaranglah saatnya santri mewarnai perubahan Indonesia.
Harapan ini juga turut disampaikan oleh Ketua MUI Kota Metro, KH. Buya Zakaria Ahmad, “Tadi para santri dan santri putri sudah mendapatkan edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun. Diharapkan melalui program dari Unilever melalui brand Lifebuoy ini bisa meningkatkan kebiasaan yang positif dalam hal kebersihan dan kesehatan.
Apalagi, sebagai mantan santri juga, sesuai dengan visi misi pesantren memang pedomannya adalah hadist-hadist dan ayat-ayat Al-Quran, bahwa Tuhan itu sangat mencintai orang-orang yang bersih, bersih lahir maupun batinnya.
Ketua Yayasan PP Roudlatul Quran Metro, Lampung, H. Benni Mustofa SH juga mengapresiasi program ini. “Kami menyambut baik program ini yang baru pertama kali bekerjasama dengan Unilever Indonesia. Tentunya kami mengharapkan kontinuitasnya atau rutinitasnya program ini setiap tahun. Saya juga mengharapkan edukasi seperti ini tidak hanya kepada anak santri saja tapi pengurus pondok, juga lebih jauh masyarakat umum secara lebih luas," ungkapnya.
Dukungan pesantren untuk membiasakan masyarakat, khususnya para santri dan santri putri, atas kebiasaan PHBS dan CTPS memang penting. Seperti yang disampaikan dr. Fitri Yuli Mayasari, MARS, dari Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Kota Metro Lampung. "Program ini bagus, karena lingkungan pesantren menjadi salah satu lingkungan kecil setelah lingkungan keluarga yang akhirnya bisa membiasakan PHBS sedari dini," ujarnya.
Salah satu langkah utama dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang penting untuk diimplementasikan di pesantren adalah gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 momen penting, yakni saat sebelum makan, setelah dari toilet, setelah bermain, setelah batuk atau bersin, dan setelah bepergian. Jika dibiasakan, CTPS di 5 momen penting akan mampu melindungi para santri dan santri putri dari berbagai penyebaran penyakit.
Bahkan menurut teori Swiss Cheese Model for Infectious Disease, kebiasaan ini menjadi langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman penyakit infeksi, setelah vaksin. Sementara, menilik pada data Riskesdas 2018, di Provinsi Lampung, untuk usia di atas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) mencapai 48,36%, sehingga kebiasaan CTPS ini penting untuk disebarluaskan ke seluruh masyarakat Provinsi Lampung.
Secara terpisah, Head of Skin Cleansing Unilever Indonesia, Erfan Hidayat menjelaskan peran Lifebuoy untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di area Pesantren. Salah satunya adalah dengan mencetak Duta Santri sebagai peer educator dari program peer-to-peer learning.
“Sejak tahun 2019 program Pesantren Sehat Lifebuoy telah menjangkau lebih dari 2.000 pesantren dan memberikan manfaat bagi lebih dari 900.000 santri dan santri putri di Indonesia. Tahun ini program Pesantren Sehat Lifebuoy hadir di Kota Lampung dengan tujuan memberikan dampak yang lebih luas melalui sejumlah rangkaian kegiatan mulai dari peer-to-peer learning, training for trainers (kepada santri dan santri putri, ustadz, dan ustadzah), edukasi CTPS dengan baik dan benar, hingga pemeriksaan kesehatan.
"Kami berharap dengan kolaborasi yang dilakukan di Pesantren di berbagai kota di Indonesia kami dapat menjangkau penambahan 1 juta santri dan santri putri di lebih dari 1.500 pesantren,” papar Erfan. Interaksi intens antarmasyarakat pesantren menjadikan pesantren unit pendidikan yang berpotensi efektif dalam membiasakan CTPS di 5 momen penting melalui metode peer-to-peer learning, dimana mereka saling mencontohkan dan meniru berbagai perilaku positif.
Menurut studi dari Hungarian Academy of Sciences, peer-to-peer learning atau program edukasi melalui teman sebaya merupakan salah satu cara edukasi yang paling efektif dalam pengajaran CTPS di kalangan anak-anak. Studi ini menemukan bahwa program edukasi melalui teman sebaya dapat meningkatkan pengetahuan teoritis tentang CTPS dan cara mempraktekkan CTPS yang benar hampir 2 kali lebih baik dari sebelumnya, dan dapat bertahan bahkan 4 bulan setelah program berakhir.
Program Pesantren Lifebuoy dibagi menjadi dua tahap:
Pemilihan Duta Santri oleh pihak Pesantren sebagai peer educator yang akan mendapatkan pelatihan tentang PHBS, terutama CTPS, oleh dokter dari PDUI. Hal ini menjadi penting karena salah satu faktor kesuksesan peer-to-peer learning adalah kompetensi dan kapabilitas dari peer educator. Melalui pelatihan ini, Duta Santri akan memahami pentingnya CTPS dan bagaimana cara melakukan CTPS dengan baik dan benar.
Tahap berikutnya, Duta Santri akan kembali ke pesantren untuk dapat memulai melakukan Gerakan 21 Hari Pembiasaan CTPS bersama santri/santri putri lainnya. Hal ini dilakukan karena menurut teori peer-to-peer learning, edukasi melalui peer educator yang kompeten terbukti lebih efektif dibandingkan dengan edukasi guru-siswa pada umumnya. Selain peer-to-peer learning, Lifebuoy memberikan bantuan terhadap pesantren berupa dana pendidikan, alat penunjang pendidikan, dan pemeriksaan kesehatan tanpa biaya.
"Dengan dilaksanakannya program Pesantren Sehat Lifebuoy di Lampung, kami berharap dapat melahirkan agen-agen perubahan yang mampu menciptakan lingkungan pesantren maupun masyarakat yang lebih sehat. Di tahun 2024, program sudah berjalan di Kota Semarang, Jakarta, Bandung, Banjarbaru, Makassar, Palembang, dan saat ini di Metro, Lampung, dan akan berjalan di berbagai kota lain di Indonesia, antara lain Bengkulu, dan Padang,” tutup Erfan.