Suaralampung --- Kemandirian masyarakat atau para kaum petani tentunya terkisahkan sebelum kemerdekaan dimana negara masih ditangan para penjajah atau kolonial, sejak dahulu kaum petani selalu di anak tirikan sebagai sosok yang di anggap remeh, rendahan bahkan sosok petani dibayangi sebagai sosok orang bodoh, nurut atau patuh serta sosok manusia tua renta yang tak luput dibawah garis kemiskinan berlebih akibat sebuah regulasi yang tak pernah mau berpihak untuk para petani (hulu), bahkan istilah kata miskin yang dipermanenkan, ada juga istilah petani sebagai sosok manusia yang hanya menyambut akhir - akhir hayatnya atau masa tuanya dengan aktivitas keladang, kebun, kehutan atau kesawah demi menjaga hari- harinya untuk selalu bergerak demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya serta menjaga kesehatan fisiknya agar tetap prima.
Perlu kita sadari bahwa para petani adalah bagian hulu atau penggerak ekonomi sumber pangan kehidupan bagi sebuah negeri atau bangsa yang merupakan modal dasar untuk ketahapan selanjutnya seperti sandang dan papan, artinya ketika para anak petani ini telah menikmati sejahtera dengan kegiatan hulunya secara otomatis para generasi bangsa akan tercetak cerdas baik keilmuannya maupun mentalitasnya yang bermuara terhadap sebuah karakter, moral, teknologi dan modal baik sisi keuangannya juga secara paradigma yang ditempa melalui jenjang pendidikan yang tertinggi.
Indonesia khususnya provinsi Lampung adalah barometer ekonomi bahkan gerbangnya pulau sumatra yang banyak memberikan sumbangsih kemajuan dalam gerak ekonomi bangsa, dengan aneka ragam sumber daya alamnya, secara umum terutama peningkatan produksi dari potensi dibidang pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, kelautan dan aliran sungainya yang melimpah ruah, yang mampu mengairi usaha pertanian secara berkelanjutan dan berjenjang.
Dalam hal ini tentunya tak dipungkiri sebuah keberhasilan wilayah atau daerah tidaklah hanya tugas atau peran para pemimpin atau pemerintahan disuatu wilayah atau daerah, salah satunya adalah pemerataan guna keseimbangan ekonomi sebagai kekuatan pembangunan diwilayah provinsi Lampung, modal besarnya ada pada kekuatan masyarakat atau rakyat yang bersama - sama, bagaimana membangun rasa kebersamaan ditengah - tengah masyarakat yang majemuk dan heterogen, baik suku dan budayanya secara saling terbuka, dan saling mengerti bukan untuk selalu ingin dimengerti.
Kekayaan kita diprovinsi Lampung tidak hanya sebatas banyaknya potensi yang dihasilkan oleh para petani dari hasil kegiatannya saja, akan tetapi bagaimana merumuskan atau membuat sebuah formula kegiatan hilirisasi panen dan pasca panen dari petani (hulu), menjadi kebanggaan produk unggulan dan berdaya saing secara pasar, yang mampu menggiring kesejahteraan bagi para petani guna meregenerasikan para petani yang selalu diasumsikan kaum marginal, percepatan ekonomi dan pembangunan diprovinsi Lampung dibutuhkan kaum - kaum muda (milenial), bukan hanya para pemimpinnya akan tetapi juga untuk menjadi petani milenial juga dibutuhkan sosok yang kuat, tangguh dan memiliki keilmuan secara progresif.
Tentunya semua ini akan terwujud bila negara atau pemerintah ikut andil dalam membuat sebuah keputusan atau kebijakan yang memberikan jaminan bahwa bertani itu lebih mulia dan berpeluang untuk meraih masa depan yang sejahtera.
Hal yang menarik perhatian juga bagi kaum petani yang selama ini bertanya - tanya sejak lama tak ada solusi atau jalan keluar kemana pemerintah atau pemangku kebijakan, kenapa ketika para petani sedang menanti panen raya bahkan jelang waktu sambut musim panen raya apapun itu komoditinya, terutama jagung, padi, singkong bahkan produk panen hortikultura sayuran dan buah - buahan selalu terintimidasi pasca panen atau nilai harga para petani tidak meraih keuntungan berlebih untuk meraih sejahtera, sedangkan para petani mengawali kegiatan usaha taninya dengan modal besar yg cukup pantastis, sedihnya para petani seakan - akan hanya dijadikan budak dinegerinya sendiri namun negara justru mengimport barang yang serupa, itulah yang menjadi generasi muda atau petani milenial takkan berkembang dikampung halamannya, dan kecendrungan merantau ke ibu kota atau keluar negeri untuk mengadu nasib mencari nafkah dengan istilah hujan batu dinegeri sendiri, hujan emas dinegeri orang, alhasil para generasi muda berkurang dikampung halamannya untuk kegiatan bertani.
Kita berharap dengan kejadian ini agar menjadi renungan para pemangku kebijakan baik elit didaerah hingga pusat untuk saling bersinergi satu sama lainnya antara kementrian pertanian dan kementrian perdagangan untuk memperkuat data lapangan dan kemungkinan karena akan merugikan para petani.
Ada hal lain juga menyangkut petani selain regulasi import yg tak berpihak terhadap petani yaitu tidak adanya peran pemerintah untuk mengelola serta menganalisa atau mengedukasi sebuah usaha tani untuk menentukan harga panen petani (HPP), agar menjadi tolak ukur keberhasilan usaha, berlebih makin menggilanya bahkan langka tentang harga sarana produk pertanian seperti pupuk, benih, obat - obatan, pestisida, insektisida dan lainnya, adapun pupuk bersubsidi juga kadang menghilang datangpun tidak tepat waktu sehingga para petani menjadi tidak tepat sasaran saat melakukan perawatan atau pemupukan yang akhirnya berdampak pada kegagalan panen atau tidak maksimalnya panen para petani karena ketidak seimbangan hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Tentunya kita semua paham jika subsidi pupuk ini mengakibatkan kerugian bagi para petani baiknya subsidi dihapuskan saja, agar pasarnya lepas dan mudah untuk mendapatkannya, karena bisa jadi pupuk subsidi kecendrungan banyak disalahgunakan oleh pihak - pihak kebun swasta yang harusnya menggunakan pupuk non subsidi, lalu bagaimana para petani jika pupuk subsidi dihapus, tentunya sebagai masukan yang rasional adalah pemerintah melakukan subsidi harga panen para petani dengan harga yang baik yang terukur dari analisa usaha dan waktu usahanya sebagai wujud menggiring harapan para petani milenial lebih sejahtera dan pembelaan pemerintah kepada para petani, dan itulah peran negara atau pemerintah hadir.
Ir. Zendra Usmandri, M.P.
Sekretaris Jendral MACAN RMD Lampung.(R***)