Suaralampung.com, Bandar Lampung — Sektor hospitality di Lampung kembali mendapat tambahan pemain baru. Granny’s Nest Boutique Hotel & Café resmi dibuka melalui acara “From Lampung With Love”, sebuah Grand Opening & Charity Event yang menandai masuknya brand UMKM lokal ke segmen boutique hotel syariah dengan konsep keluarga dan kepedulian sosial.
Mengusung tema “Opening Doors, Opening Hearts”, Granny’s Nest hadir tidak hanya sebagai destinasi menginap dan bersantap, tetapi juga sebagai model bisnis yang mengintegrasikan nilai ekonomi, sosial, dan keberlanjutan. Momentum pembukaan ini sekaligus menjadi strategi positioning Granny’s Nest sebagai pelaku usaha lokal yang berorientasi pada dampak (impact-driven business).
Acara peresmian yang digelar di Jl. Ryacudu No.19, Korpri, Bandar Lampung, turut dimeriahkan oleh kehadiran entertainer Gilang Dirga. Kehadiran publik figur tersebut menjadi daya tarik tersendiri sekaligus memperkuat visibilitas brand di tengah persaingan industri perhotelan dan kuliner di Lampung.
Berbeda dari grand opening pada umumnya, Granny’s Nest menyalurkan 100% omzet Café pada hari pembukaan untuk membantu korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Donasi tersebut disalurkan melalui Dompet Dhuafa Lampung sebagai mitra resmi. Hingga hari acara, donasi daring yang terkumpul telah mencapai sekitar Rp17 juta, dan penggalangan dana masih terus dibuka.
Langkah ini dinilai sebagai strategi branding yang selaras dengan tren konsumen saat ini, di mana nilai empati dan kepedulian sosial menjadi faktor penting dalam memilih brand.
“Kami percaya bisnis akan terasa hidup jika di dalamnya ada kehangatan dan niat baik. Dari Lampung, kami ingin bertumbuh dan berbagi cinta serta harapan untuk saudara-saudara kita yang sedang menghadapi masa sulit,” ujar Sheyla Taradia Habib, Co-Founder Granny’s Nest dalam sambutannya, Sabtu, 20 Desember 2025.
Granny’s Nest merupakan inisiatif pasangan suami istri Sheyla Taradia Habib dan Ahmad Iqbal Syarib. Berawal dari rumah keluarga yang direstorasi, kini bangunan tersebut bertransformasi menjadi boutique hotel syariah dengan konsep hangat dan elegan, dilengkapi café yang terbuka untuk umum.
Menariknya, perjalanan bisnis Granny’s Nest mencerminkan dinamika UMKM yang adaptif. Brand ini pernah hadir di kawasan Antasari, namun sempat berhenti beroperasi pada 2019. Pasangan pendiri kemudian mengembangkan bisnis kuliner Beeme Sambel Alu, yang kini menjadi salah satu penopang pertumbuhan usaha mereka.
“Kami ini UMKM, tapi punya mimpi besar. Kami menargetkan Beeme Sambel Alu masuk tiga besar brand sambel alu nasional dengan lima cabang, dan Granny’s Nest menjadi brand hospitality yang hadir di kota-kota lain,” kata Sheyla.
Dalam paparannya, Sheyla menegaskan bahwa pengembangan Granny’s Nest dilakukan tanpa investor eksternal. Modal utama yang digunakan adalah kepercayaan, dukungan keluarga, serta keberanian mengambil risiko sebagai pelaku usaha daerah.
“Kami adalah dua anak daerah yang bermimpi besar. Tanpa investor, kami berjalan dengan niat baik dan keyakinan. Harapannya, Granny’s Nest bisa menjadi contoh bahwa brand lokal Lampung juga mampu naik kelas dan memberi manfaat lebih luas,” ujarnya.




