Bandar Lampung — PT Tirta Investama (AQUA Danone) Pabrik Tanggamus terus perkuat komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dengan mengimplementasikan filosofi lokal “Begawi Jejama”, yakni bekerja bersama dan bergotong royong, melalui berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) yang melibatkan kolaborasi erat dengan masyarakat lokal serta pemerintah daerah.
Radhitya Putra selaku CSR PT. Tirta Investama Tanggamus menjelaskan, filosofi Begawi Jejama dipilih karena sejalan dengan pendekatan perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara konservasi lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Radhitya dalam acara media gathering di Bandar Lampung, Selasa (23/12/2025).
“Kenapa kami mengambil poin Begawi Jejama, karena memang pilihan utama kami adalah konservasi, baik konservasi tanah maupun konservasi air. Hingga saat ini kami telah melakukan penanaman pohon kurang lebih 11 ribu, serta membangun sekitar 700 rorak atau lubang tangkapan air yang ditargetkan berjalan sampai 2025,” kata dia.
Program konservasi tersebut difokuskan di wilayah hulu pegunungan Tanggamus yang memiliki potensi bencana cukup tinggi. Selain untuk menjaga daya dukung lingkungan, rorak berfungsi mengurangi erosi dan risiko bencana, sekaligus memperkuat wilayah tangkapan air.
Tidak hanya fokus pada konservasi, PT Tirta Investama Tanggamus juga mengembangkan program pemberdayaan ekonomi berbasis pertanian, khususnya kopi, yang menjadi komoditas utama masyarakat di daerah hulu.
“Kami melihat aktivitas kopi di hampir seluruh wilayah hulu sebagai peluang. Tujuan kami mendorong masyarakat tetap menjaga kelestarian lingkungan tanpa mengurangi nilai ekonomi,” jelasnya.
Perusahaan memberikan pendampingan menyeluruh mulai dari peningkatan pengetahuan budidaya, penyediaan mesin, greenhouse, hingga proses pasca panen. Kopi binaan masyarakat bahkan didampingi hingga tahap roasting dan pengolahan lanjutan, sehingga memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Di wilayah tengah yang didominasi pemukiman padat, program CSR difokuskan pada pemberdayaan masyarakat dan penguatan kelembagaan. PT Tirta Investama membangun dan mendukung berbagai kelompok masyarakat dari tingkat desa hingga kabupaten, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Program edukasi lingkungan juga digalakkan di PAUD dan sekolah dasar, serta untuk Kelompok Wanita Tani (KWT).
Sementara itu untuk di wilayah hilir, perusahaan mengembangkan Taman Kehati Galih Batin seluas kurang lebih 3,2 hektare di area administrasi perusahaan. Taman ini berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, pusat edukasi lingkungan, serta kawasan perlindungan flora dan fauna di luar kawasan hutan.
Hasilnya, Taman Kehati mencatat indeks keanekaragaman hayati sebesar 3,16, yang tergolong tinggi. Hingga kini, telah terdata enam koleksi tanaman endemik dan 22 jenis satwa aves. Penelitian keanekaragaman hayati ini dilakukan bekerja sama dengan Universitas Lampung.
Selain itu, PT Tirta Investama Tanggamus juga mendorong pengelolaan sampah melalui program “Sampahku Tanggung Jawabku”, dengan total sekitar 19 ton sampah terkelola hingga 2025, serta mendukung pencapaian Open Defecation Free (ODF) di 11 desa. Program kesehatan masyarakat juga dilaksanakan melalui pemberian makanan tambahan (PMT) dan edukasi pola asuh bagi ibu dan balita.
Dalam mendukung ekonomi hilir, perusahaan membina sekitar 20 kelompok UMKM dengan produk unggulan seperti kopi dan keripik. Pendampingan meliputi legalitas kelompok, sertifikasi halal, PIRT, hingga pendaftaran merek ke kementerian terkait untuk mencegah plagiasi.
“Konsep kami terintegrasi dari hulu sampai hilir. Masyarakat hulu menjaga dan mengelola kebun, hasilnya diolah oleh UMKM sekitar perusahaan, lalu dipasarkan bersama. Tidak ada yang berjalan sendiri,” tegas Radhitya.
Ke depan, PT Tirta Investama Tanggamus telah menyusun roadmap lima tahunan pasca-2025 bersama mitra dan pemerintah daerah. Program CSR akan terus diselaraskan dengan rencana strategis Pemerintah Kabupaten Tanggamus, sebagai wujud nyata penerapan filosofi Begawi Jejama dalam pembangunan berkelanjutan. “Semua ini tidak bisa kami lakukan sendiri. Kolaborasi adalah kunci,” tutup Radhitya.




